Medan, Suaraperjuangan.co.id - Agung Setya mengubah tensi keamanan Sumatera Utara. Aksi kejahatan terasa ngedrop. Terutama yang beroperasi di jalanan. Inilah asbabun nuzul soal fakta itu.
Agung Setya Imam Efendi. Demikian nama lengkap sang Kapolda Sumatera Utara. Hidup sejahtera dan jadi panutan, demikian gambaran makna nama mantan Asisten Operasi Kapolri itu.
Kesejahteraan yang mendekatkan irama hidup dengan rasa aman memang menjadi cita Agung sejak mengabdi di Polri.
"Jika jumlah orang yang ngurus soal kemiskinan makin banyak dan kian mengimbangi populasi warga miskin yang diurusnya, itu sudah tanda yang tak beres," Kapolda Irjen Pol Agung Setya membuka cerita di rumah dinasnya, Jalan Sudirman, Medan, baru-baru ini.
Dia terus bercerita soal kemiskinan.
"Sebenarnya, selama tak merasa gengsi, kan banyak aktifitas yang bisa menghasilkan rezeki halal," imbuh Kapolda Agung.
Kemiskinan yang menghambat akses pendidikan memang dikenal jadi pemicu terciptanya aksi kriminalitas. Tapi itu biang kejahatan era tahun-tahun berlalu.
Modernisasi mengubah adagium itu.
Sumatera Utara, terutama Kota Medan, contohnya. Kemiskinan di wilayah itu bukan lagi biang utama lahirnya praktik kriminal.
Tahun ke tahun nangkring di posisi nomor wahid se-Tanah Air, efek peredaran narkoba di propinsi itu sejatinya telah menghilangkan rasa malu banyak orang.
Peredaran yang masif bahkan kian merangsang terjadinya tindak brutal. Alhasil, generasi apatis dan jahat pun tercipta. Kawanan begal menghantui banyak wilayah propinsi berpenduduk hampir 15,5 juta jiwa itu.
Beruntung suasana kini tampak beda. Daya edar barang 'surga' itu cenderung melemah. Saking lemah, sejumlah lokasi basis peredaran narkoba di Medan ditemukan sering menjerit. Geng pengedar narkoba mulai sulit mendapat pasokan barang laris manis itu.
Begitulah. Sumatera Utara kini serasa punya keberanian besar untuk menyudahi petualangan mereka yang meracuni generasi muda bangsa. Ya, bandar dan jaringannya mulai 'dikerasin'. Penggrebekan berantai digelar dalam operasi berskala agung. Besar.
Saking besar, penggrebekan menjalar ke luar wilayah Sumatera Utara. Di Pekan Baru, Riau, misalnya. Anak buah Agung menciduk pemikul 53 kilogram sabu plus 1000 butir pil 'setan'. Itu terjadi Senin (29/1/2024) pekan lalu.
Reality show Agung yang bikin geram pedagang narkoba persisnya tercipta sejak tujuh bulan lalu, seiring Polda Sumatera Utara dinakhodai sang jenderal peraih award FBI, badan investigasi negeri Paman Sam. Apa kiranya resepnya?
Narkoba itu musuh bersama. Itulah etos dalam misi kerja yang kuat ditanam Agung kepada hampir 22 ribu personil Polri di Sumatera Utara. Berkat penjiwaan misi itu, sejumlah Kasat Narkoba naungan Polda Sumatera Utara diketahui menoreh catatan kerja elok sepanjang tahun baru berlalu.
AKP Hardiyanto, SH., MH., salah satunya.
"Strategi yang dijabat beliau diakui hebat. Saya saja yang baru bertugas di Polres ini bisa bekerja dengan hasil tak disangka. Penindakan terhadap kasus narkoba di sini sepanjang tahun 2023 naik hingga 200,55 persen," aku Hardiyanto, akrab disapa Didot, Kasat Narkoba Polres Langkat.
"Beliau memang orang pintar. Pantas banyak perwira (Polri) ngaku nggak sanggup melihat tatapan matanya," sambung sang perwira pembongkar kisah ganja 1 ton di Medan, akhir 2022.
Irjen Agung memang agung dalam aksi menyikat barang laknat di Sumatera Utara. Gas terus, Pak Kapolda... (Rel)
إرسال تعليق